Assalamu'alaikum, Selamat Datang di Blog Resmi DPC PKS Beringin Deli Serdang - Provinsi Sumatera Utara. www.pks-beringin.blogspot.com. Jika ada pertanyaan dan saran harap di kirimkan ke Email DPC PKS Beringin di.. pks.beringin.deliserdang@gmail.com

Jumat, 14 September 2012

Jumat, 14 September 2012

Mempertahankan Dua Sayap


 



“Ibarat seekor kupu-kupu, kepompong telah mampu merubahnya dari seekor ulat yang menjijikkan menjadi makhluk yang indah. Yang tadinya hanya seekor hewan perusak kini menjelma menjadi makhluk yang bermanfaat bagi penyerbukkan.”
Ramadan telah berlalu. Kepergiannya meninggalkan banyak pelajaran berharga bagi kita. Berbagai keta’atan telah menjadi bagian dari hari-hari kita selama Ramadan. Puasa, tilawah, qiyamullail, menjaga diri dari hal yang diharamkan bahkan dari hal-hal yang sifatnya mubah. Ketaatan menuntut kita untuk mengalahkan segala ego dan kelemahan diri.

               Namun Ramadan bukan jaminan atas segala-galanya. Berlalunya Ramadan tak serta-merta membuat semua orang lantas jadi bertaqwa. Tak sedikit yang berhasil mengoptimalkan Ramadan mereka dengan keshalihan namun gagal memperjuangkannya pad hari-hari setelah itu. Banyak yang kemudian berguguran hingga Ramadannya berlalu tanpa menyisakan sedikitpun kecuali lapar dan haus.
Kepergian Ramadan meninggalkan manusia pada tiga kondisi;

Pertama; Orang-orang yang sebelum Ramadannya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, menjaga ibadah dan kesalihannya. Ketika ramadan datang ketaatannya semakin bertambah dan meningkat. Bagi mereka Ramadan adalah ghanimah Rabbaniyah dan minhah Ilahiyah yang mereka raih sebanyak-banyaknya. Beramal dan menebar kebaikan sebanyak-banyaknya. Mereka berfikir tak akan ada lagi kesempatan setelah ini. Ramadan pergi, mereka tetap bertahan di puncak ketaatannya. Merekalah golongan yang sangat beruntung dengan kabar gembira keampunan dan nikmat yang tiada batas.
“Dan mereka yang memberikan sedekah dengan hati penuh rasa takut karena mereka tah bahwa sesungguhnya akan kembali kepada Tuhannya. Mereka itu berseera dalam kebaikan dan mereka lah orang yang lebih dahulu memperolehnya.” (Qs: Al Mu’minun: 60-61)
“Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan perhitungan maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu” (HR. Muttafaq Alaih)

Kedua; Mereka yang sebelum Ramadan hanyut dengan maksiat dan kelalaian, tatkala datang Ramadan mereka bersegera kepada ketaatan dan kesalihan diri, tak membiarkan waktu-waktu berharganya sia-sia. Namun saat Ramadan berlalu mereka kembali lalai dan terlena dengan kemaksiatan. Kepergian Ramadan tak berbekas dalam dirinya.

Ketiga; Mereka yang sebelum datang, ketika datang dan setelah perginya Ramadan tetap pada keburukannya. Ramadan tak berpengaruh apa-apa dalam dirinya. Bukannya semakin baik justru keingkaran mereka semakin bertambah. Maka sungguh merugi dan celakalah mereka. Na’udzubillah, Semoga kita dilindingu dari golongan ini.
                 Ramadan bukan penentu ketaqwaan. Ramadan hanya sebuah madrasah penempaan kepribadian yang dilengkapi dengan berbagai sarana-sarana kesalihan. Ramadan hanya sebuah momentum awal, titik tolak seorang hamba mamulai langkah barunya. Perjuangan sejatinya adalah setelah Ramadan, ketika iblis dilepaskan dari belenggunya. Disanalah seorang hamba harus bertarung mempertahankan keimanan dan kesalihannya dari segala godaan.
                Banyak yang terjatuh, tersungkur dan terseret di medan pertempuran ini. Bahkan dilangkah pertamanya setelah meninggalkan Ramadan. Ada yang terjebak dengan euforia lebaran, lupa bahwa dirinya tengah berhadapan dengan pedang-pedang musuh. Banyak yang tersungkur, lalu ada yang bangkit lagi. Ada yang jatuh bangun berkali-kali dan ada yang terseret, berdarah-darah tanpa mampu bangkit lakukan perlawanan walau sesaat. Miris.
               Inilah pertarungan sesungguhnya. Istiqomah dalam setiap keadaan. Setia dengan sebuah tekad. Siapa yang taat karena Ramadan, maka sesungguhnya Ramadan telah berlalu. Namun siapa yang ketaatannya hanya untuk Allah, maka Allah tak pernah meninggalkannya sedikitpun.
“Dan apabila hamba-Ku bertanya tentang-Ku, maka sesungguhnya Aku sangat dekat. Aku akan manjawab doa mereka yang berdoa kepada-Ku..”

               Ramadan hanya titik awal kita mulai membuka halaman baru dalam kehidupan kita.Keberhasilan kita menjalankan target-target amaliyah Ramadan bukan prestasi yang lantas membuat kita berhenti, bangga dan merasa puas.
Ramadan bukan persoalan banyak atau sedikitnya ibadah kita, tapi adalah perbaikan kepribadian. Mampukah kita mengendalikan segala kehendak dan bisikan ego serta nafsu kita di luar Ramadan? Banyak yang terpeleset pada bagian ini ketika Ramadan berakhir. Euforia lebaran, silaturrahim dll, kadang melupakan kita pada penjagaan diri. Akhirnya titik dan goresan kecil kembali menodai halaman baru fitrah kita. Sekalipun hanya titik atau goresan kecil yang tak berarti, namun hakikatnya tetap sama.
“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan berkata; “kami beriman” sementara mereka belum diuji?” (Al-Ankabut:2)

                 Kita ibarat seekor kupu-kupu yang baru punya sayap setelah keluar dari kepompongnya. Hari-hari setelah ini penuh ujian. Seekor kupu-kupu harus bertahan menghadapi terpaan terik panas dan hujan serta badai agar dua sayapnya tak rusak dan hancur. Dua sayap itu harus tetap utuh agar mampu bertahan menghadapi kerasnya kehidupan. 
Wallahu A’lam.

 Penulis: Harun Al-Rasyid

Posted By : PKS Beringin DS

 

"Terima Kasih Atas Kunjungannya dan Sebelumnya Meminta Maaf, Apabila ada Kesalahan dan Kekhilafan dalam Menyajikan Informasi Serta terdapat Link-Link yang belum Aktif". Jazzaakallah Khairan Katsiran, Assalamu'alaikum Wr, Wb. ^_^

Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates