Oleh : Ustadz Samson Rachman
Islamedia - Sudah bisa dipastikan bahwa sesungguhnya tidak ada satu orang pun yang
menginginkan dirinya tidak bahagia. Tidak seorangpun yang menginginkan
dirinya dibelenggu derita, dikepung duka dan gundah gulana. Tak ada
seorangpun yang menginginkan dirinya terjerat duka dan dicengkeram
nestapa. Semua orang pasti mendambakan yang sebaliknya, mendambakan
hidup bahagia. Semua orang pasti mendambakan dirinya diliputi
kebahagiaan, hari harinya terus dihiasi suka cita, diwarnai ketenteraman
jiwa.
Sayang, banyak orang hanya ingin bahagia meliputi dirinya, namun dia tidak melakukan apa apa. Dia tidak bergerak melakukan syarat syarat yang diperlukan untuk menggapai bahagia itu.Hidupnya berhiaskan angan, berlumuran keinginan yang tidak ditindak lanjuti dengan tindakan nyata. Dia hidup nyaman dalam dunia idealisme semu,angan angan palsu. Dia hidup hanya di alam mimpi.
Padahal kebahagiaan seseorang itu tidak mungkin diraih hanya melalui mimpi mimpi, dia harus diikuti aksi nyata.
Diantara
syarat yang akan mengantarkan seseorang pada jenjang bahagia adalah
apabila keimanannya kepada Allah mengakar kuat, meghunjam di dalam dada,
menjulang ke langit berupa kebaikan yang bisa disaksikan oleh sebanyak
banyak manusia dan bisa dinikmati oleh mereka. Iman yang mengakar akan
menjadikan seseorang kokoh memegang prinsip hidup, mampu bertahan di
kala sulit, gigih dan gagah menghadapi kehidupan yang rumit. Sebaliknya
keimanan yang dangkal kepada Allah akan membuat seseorang mudah tumbang
dalam menghadapi kehidupan dan tidak memiliki visi masa depan serta
tidak punya misi kekinian. Hidupnya terasa hampa, tanpa makna.
Hal
yang lain membuat seseorang bahagia adalah kecintaan dan rindunya yang
senantiasa membara untuk menggapai kehidupan akhirat yang sempurna :
masuk surga dan berjumpa dengan Tuhannya, Allah Yang Mahakasih. Manusia
berorientasi akhirat akan menjadikan hidupnya jernih tanpa kotoran dekil
dunia. Mata hati mereka demikian jelas menatap bahwa akhirat adalah
nyata, bagaikan berada di depan mata dan terpatri di dalam jiwa.
Syarat
lainnya apabila kita ingin bahagia adalah, apabila hari hari kita
bertaburan ayat ayat Allah yang meluncur deras dari bibir kita,
menggema di relung jiwa.
Orang orang bahagia senantiasa membangun
komunikasi intensif dengan Allah, Sang Mahasegala. Komunikasi
penghambaan yang tulus, ikhlas dan jernih. Penghambaan yang didasarkan
atas kesadaran bahwa dirinya memang diciptakan untuk beribadah,
bersimpuh merendahkan diri di hadapan Sang Mahakuasa. Hari harinya
adalah sujud dan ruku' yang merupakan simbol penghambaan sejati.
Orang
yang bahagia senantiasa memberi, menjadikan tangannya sebagai saluran
kebaikan bagi orang lain, menjadikan dirinya sebagai sumber kehidupan
bagi sesama.
Shalat yang terjaga dalam kekhusyuan juga syarat yang
mengantarkan seseorang pada kebahagiaan. Alquran memberikan gelar khusus
bagi mereka dengan sebutan almuflihun, orang orang beruntung. Karena
shalat memang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh mereka yang
merendahkan diri dan khusyu' di hadapanNya.
Wara', yakni meninggalkan
yang haram menjadi bagian sangat penting agar neraca bahagia kita
berjalan stabil dan tidak pincang. .Wara' akan membuat orang tidak
merasa terbelenggu oleh dosa individu dan sosialnya. Bahkan lebih jauh
dari itu dia harus melangkah lebih maju dengan menjadikan zuhud,
meninggalkan yang syubhat sebagai tak terpisahkan dari track record
sejarahnya.
Teman teman orang bahagia adalah orang orang saleh yang mendorong dia dekat kepada Allah dan semangat berburu surga serta antusias menjauh dari neraka. Amal dan aktivitasnya adalah amalan surgawi yang senantiasa dikepaki sayap sayap malaikat.
Teman teman orang bahagia adalah orang orang saleh yang mendorong dia dekat kepada Allah dan semangat berburu surga serta antusias menjauh dari neraka. Amal dan aktivitasnya adalah amalan surgawi yang senantiasa dikepaki sayap sayap malaikat.
Kasih sayang
pada sesama menjadi denyut nadi kepeduliannya, yang terefleksi pada
apresiasi, simpati dan empatinya, bukan hanya pada sesama muslim saja,
namun lanskap kasihnya merentang pada setiap manusia bahkan menembus
semesta. Dia memposisikan dirinya untuk bagi bermamfaat pada orang lain.
Jiwanya rendah hati pada sesama. Kesombongan lenyap dari kamusnya,
kecongkakan tak lagi ada. Sebab dia ingat sabda nabinya bahwa barang
siapa yang berendah hati maka Allah akan angkat derajatnya dan barang
siapa yang bertinggi hati maka akan Allah rendahkan derajatnya.
Manusia yang beriman rendah, bermental rapuh,rakus, lemah, angkuh dan angkara, buruk moral dan akhlaknya, dan sering menyakit manusia serta kikir pada sesama, maka dipastikan dia akan merana dan menderita : dunia akhirat.
Posted By : PKS Beringin DS