Oleh : ST ZAILI ASRIL
Wartawan Padang Ekspres
Padang Ekspres • Kamis, 07/07/2011 11:05 WIB •
Pada Harian Pagi Padang Ekspres, edisi Selasa (6/7), pada halaman Rakyat Sumbar, ada berita yang mengabarkan Gubernur Sumatera Barat Prof Dr H Irwan Prayitno Dt Rajo Bandaro Psi MSc akan berkunjung ke Amerika Serikat (AS), memenuhi undangan, antara lain, Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) di AS. Mungkin tidak semua kita membaca, pada alenia pertama, disebutkan kata ”raun-raun” menganalogikan kunjungan Gubernur ke AS tersebut.
Rupanya, sebagian dari yang membaca berita tersebut, bertanya kepada Gubernur, apakah beliau akan pergi ”raun-raun” ke AS. Tentu saja Gubernur Irwan sangat kaget, karena ia merasa pergi ke AS dalam rangka menjalankan tugas. Saya harus menyadari bahwa rupanya Harian Pagi Padang Ekspres—sebagai surat kabar harian quality paper yang sejak semula diperjuangkan menjadi koran referensi/inspirasi/mendorong perubahan di Sumatera Barat—memang berpengaruh sangat kuat dan berdampak sangat luas!
Membaca berita dimaksud kembali—selain kelemahan teknis jurnalistik, saya merasa ada yang kurang atau ada fungsi yang tidak berperan sebagaimana mestinya: fungsi/peranan pejabat hubungan masyarakat dalam menjelaskan materi informasi (dan memberi latar belakang dan materi informasi pokok). Saya merasa ada kekurangan informasi yang memadai menjadi penyebab keterputusan informasi secara utuh/baik.
Karena itu—terlepas dari ketakberperanan fungsi kepala biro hubungan masyarakat (dan protokol) secara baik (terlebih masa era otonomi daerah), sungguh saya merasa bersalah dan amat menyesal dan menyesalkan berita yang dalam tubuh berita menggambarkan Gubernur Sumatera Barat ”raun-raun” berkaitan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). Terlebih kemudian, saya menerima keberatan dari Gubernur Irwan Prayitno sendiri yang secara sangat halus (Jawani) mengritik pemberitaan Harian Pagi Padang Ekspres yang menggambarkan materi yang sama.
Dalam penjelasannya melalui short message system (SMS) kepada saya, Gubernur Irwan Prayitno menjelaskan bahwa rencana kunjungan ke AS—sebagaimana kunjungan sebelumnya ke Jepang dan Jerman—bukanlah tanpa maksud dan tujuan serta latar belakang. Apalagi, seperti kunjungan ke AS, adalah demi memenuhi undangan Kedubes RI di AS. Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk AS, Dino Patti Djalal PhD, adalah seorang Minang.
Sesungguhnya, kunjungan Gubernur Irwan Prayitno ke AS, pertama untuk keperluan investasi di Provinsi Sumatera Barat, memenuhi undangan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Kedua, keperluan bagi pendidikan di Provinsi Sumatera Barat, memenuhi undangan dan menindaklanjuti kesepakatan Gubernur Sumatera Barat dengan Dubes AS di Jakarta, Scot Marciel. Ketiga, memenuhi harapan masyarakat Sumatera Barat di AS, memenuhi undangan Dubes Dino Pati Djalal PhD.
Secara getir, Gubernur Irwan menyatakan, betapa ia terkejut dan mengucap astaghfirullah ketika ada yang bertanya kepadanya: apakah ia pergi ”raun-raun” ke AS. Ia pun pergi ke AS dengan naik kelas ekonomi—walaupun ia dapat memanfaatkan fasilitas business class (sebagaimana layak jatah sebagai gubernur)—untuk lama penerbangan 20 jam—alangkah penat dan tidak selesa. Istri Prof Irwan pun berangkat mendampingi suaminya dengan menggunakan dana pribadi.
Sebagai seorang wartawan yang sudah memulai karir profesional sejak tahun 1979—tanpa terputus (selama 14 tahun di antaranya di Harian Pagi Kompas Jakarta), dan masih selalu dan terus belajar, berita yang menyebutkan Gubernur Sumatera Barat ”raun-raun” itu memang tidak dapat dibenarkan. Karena itu, saya—sebagai penerbit (Direktur Utama PT Padang Intermedia Pers) sudah meminta Pemimpin Redaksi Harian Pagi Padang Ekspres Montosori untuk menertibkan. Saya menyampaikan hal-hal teknis jurnalistik dan mengulangi kembali visi/misi surat kabar Harian Pagi Padang Ekspres.
Bagi saya—paling tidak sejauh berkaitan dengan berita yang dimasalahkan, memberitakan haruslah objektif—berdasarkan/sesuai fakta dan keterangan yang jelas, tidak bercampur antara fakta dan opini (pendapat dan penilaian wartawan: bila wartawan beropini, maka ia dapat menulis artikel), tidak perlu didramatisir (dramatisir—bukan dramatisasi—menggambarkan ketidakpercayaan wartawan/redaksi yang seakan tanpa dramatisir dianggap masih kurang mendapat perhatian), dan apalagi Padang Ekspres termasuk surat kabar harian kategori quality paper dan berpengaruh kuat di daerah ini.
Posted By : PKS Beringin DS