Dinamika politik dan hukum Indonesia semakin runyam. Para tokoh dan pimpinan nasional saling serang.
Saat ini, Ketua DPR dan Ketua DPD saling hantam soal pembangunan gedung DPD. Ketua MK dan mantan hakim MK saling tuding melanggar kode etik. Sementara ada mantan menteri yang memperolok para menteri, ada juga menteri yang sedang menjabat malah membohongi publik.
“Ini pertanda Indonesia sedang mengalami krisis kepemimpinan,” kata anggota Komisi III dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Aboe Bakar Al Habsy kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Kamis, 30/6).
Karena itu, Aboe menyarankan Marzuki Alie dan Laode Ida segera menghentikan serangan di berbagai media. Aboe juga mendesak Mahfud MD dan Arsyad Sanusi tidak lagi saling melontarkan tudingan.
“Pak Marzuki dan Pak Laode bisa duduk bersama. Pak Mahfud dan Pak Arsyad juga sama-sama membesarkan MK, jadi tak perlu saling memojokkan. Soal surat palsu, serahkan saja pada proses hukum,” kata Aboe.
Aboe juga mengingatkan Yusril Izha Mahendra agar melakukan komunikasi politik dengan baik dan tidak perlu mencaci para pejabat negara yang menurutnya salah.
“Tak elok lah kalo beliau (Yusril) bilang goblok ke Patrialis Akbar dan Basrief Arief,” harap Aboe.
Saran lain juga diberikan Aboe kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa terkait kabar permintaan maaf fiktif Dubes Arab Saudi untuk Indonesia dalam kasus pemancungan Ruyati binti Satubi.
“Pak Menlu harus menunjukkan kredibilitasnya, bila tidak bohong sebaiknya segera buat klarifikasi. Kalo tidak segera minta maaf dan mundur,” demikian Aboe.
Posted By : PKS Beringin